top of page
Search
  • Writer's pictureNews and Updates

Para Pemimpin Terbaik Dunia Memiliki Gaya Bahasa Ini. Ketahui 6 Diantaranya Yuk!

Tujuan dari lahirnya seorang pemimpin adalah untuk menginspirasi, mempengaruhi, dan memberikan hasil melalui orang-orang di sekitarnya. Ini terjadi ketika bahasa pemimpin berkoneksi dengan keseluruhan orang — masuk di kepala, menginspirasi hati, dan pada akhirnya menggerakkan tangan untuk bertindak.



Filsuf besar Yunani, Aristoteles, memahami bahwa manusia itu multidimensi. Dia percaya bahwa persuasi dan pengaruh terjadi ketika seorang pembicara terhubung dengan audiens dalam tiga dimensi. Mereka adalah logos untuk menarik akal, ethos untuk karakter, dan pathos untuk emosi. Nasihat Aristoteles kepada para pemimpin yang ingin mengubah pola pikir, memengaruhi perilaku, dan mendorong perubahan yang langgeng dalam organisasi mereka adalah agar dapat membangun komunikasi dengan cara yang menarik untuk suatu alasan, menyentuh hati, dan otentik.


Seorang pemimpin harus memahami para pemain di tim mereka secara holistik untuk memberikan pengaruh. Dalam kata-kata Nelson Mandela, "Jika Anda berbicara dengan seseorang dalam bahasa yang dia mengerti, itu masuk ke kepalanya. Jika Anda berbicara dengannya dalam bahasanya sendiri, itu masuk ke hatinya."


Jadi, bagaimana Anda dapat meningkatkan gaya bahasa Anda selayaknya pemimpin hebat agar bisa masuk ke hati dan pikiran lawan bicara? Pertimbangkan hal-hal berikut ini.


Direction language

Simon Sinek, penulis "Start With Why," mempelajari gaya bahasa para pemimpin paling berpengaruh di dunia dari Martin Luther King Jr., Steve Jobs hingga Wright Brothers. Studinya menunjukkan bahwa di dalam misi mereka, para pemimpin tersebut memprioritaskan "mengapa" di atas "apa" dan "bagaimana". Mengkomunikasikan “mengapa” adalah formula kemenangan bagi mereka untuk mengatasi masa-masa sulit dan menginspirasi orang agar bertindak.


Kepemimpinan yang digerakkan oleh tujuan adalah bahasa pemimpin untuk melibatkan, memberi energi, dan memotivasi karyawan saat terjadi masalah. Karyawan diberi energi oleh pemimpin yang memberikan kejelasan, dan memimpin jalan.


Empathy language

Mengutip John C. Maxwell, "Tidak ada yang peduli seberapa banyak Anda tahu sampai mereka tahu seberapa besar Anda peduli." Sayangnya, banyak upaya perubahan transformasional tidak membuahkan hasil yang diinginkan dan sering gagal karena para pemimpin menangani masalah dari sudut pandang mereka, bukan penerima. Pemimpin dapat mengubah situasi ini ketika mereka beralih dari metode monolog ke dialog, dan beralih dari sikap ‘bicara dulu’ ke ‘mendengarkan’. Pada akhirnya, orang merasa yakin atas apa yang menurut mereka penting, bukan apa yang Anda katakan.


Authenticity language

Menjadi pemimpin yang otentik adalah modal untuk mendapatkan kredibilitas dan terhubung secara baik dengan organisasi. Ini terjadi ketika para pemimpin berbicara langsung: berbagi apa yang mereka ketahui dan tidak ketahui, dan mengakui apa yang mereka ketahui, biarpun ada beberapa hal konfidensial yang tentunya tidak dapat dibagi.


Quality language

Pemimpin harus mahir dalam mendelegasikan dan memilih waktu berkualitas daripada kuantitas. Dapat ‘sepenuhnya hadir’ merupakan hal berharga yang bisa diberikan oleh para pemimpin kepada timnya — dengan demikian Anda menunjukkan kalau Anda adalah orang yang mempunyai nilai lebih. Hal ini juga memungkinkan pemimpin berinvestasi pada asetnya yang paling penting: orang-orang dalam timnya.


Recognition language

Dr. Mike Murdock pernah berbagi penelitian tentang apa yang terjadi ketika orang tidak diapresiasi. "Anything unrecognized becomes uncelebrated. Anything uncelebrated becomes unrewarded. Anything unrewarded eventually exits your life." Singkatnya, apa pun yang Anda apresiasi akan meningkat nilainya, dan apa pun yang tidak Anda apresiasi akan menurun nilainya.


Di sini, pemimpin wajib memahami gaya ‘recognition’ – dan cara termudah mengenalinya adalah dengan bertanya – bagi masing-masing anggota tim yang mana pada akhirnya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan di dalam lingkungan kerja.


Culture language

Pemimpin yang hebat tentunya ahli dalam mengembangkan lingkungan inovatif yang mendorong karyawan untuk mengambil risiko dan tidak takut gagal. Kesalahpahaman tentang perubahan budaya adalah bahwa pemimpin hanya fokus pada budaya untuk mengubah organisasi. Budaya merupakan turunan dari tingkah laku, pengalaman, dan hasil dari suatu organisasi. Pemimpin mengubah budaya dengan memastikan mereka memelihara lingkungan (pengalaman dan pola pikir) yang mendorong perilaku yang diinginkan.


*Sumber artikel: Forbes “The 7 Languages Great Leaders Speak”

*Sumber foto: Energepic via Pexels

433 views0 comments
bottom of page