top of page
Search
  • Writer's pictureNews and Updates

[Sesi SMM] Rangkuman Tanya-jawab dari Seminar Online SMM & Garuda Indonesia


Pada hari Selasa, 11 Agustus 2020 beberapa minggu lalu, seminar online Sinar Mas Mining kembali digelar. Kali ini kami mengundang Bapak Irfan Setiaputra selaku President & CEO Garuda Indonesia untuk berdiskusi seputar topik “Leadership Agility In Times of Change”. Seminar online yang berlangsung hampir dua jam dengan lebih dari 800 peserta dari lintas kanal siar ini berlangsung seru, inspiratif, edukatif dan tentunya menghibur. Antusiasme peserta untuk mengikuti acara dari awal sampai akhir pun tinggi, di mana hal ini juga disertai dengan banjirnya pertaanyaan dari peserta.


Dikarenakan keterbatasan waktu acara saat itu, banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum sempat terjawab oleh kedua pembicara. Oleh sebabnya, kami berinisiatif untuk mengumpulkan daftar pertanyaan tersebut -- di mana artikel ini akan fokus untuk pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab oleh Bapak Irfan Setiaputra -- dan menghimpunnya ke dalam satu artikel.


Semoga daftar tanya-jawab di bawah berikut dapat memberikan wawasan serta ilmu baru bagi Anda. Selamat membaca dan sampai jumpa di seminar online Sinar Mas Mining berikutnya.



Untuk: Bpk. Swasono Satyo (CHRO Sinar Mas Mining)

Dari: Ronald Manurung

Q: Bagaimana bila pemimpin yang tidak agile dalam keadaan saat ini? Seperti apa sebaiknya kita berbuat?

A: Jika seorang pemimpin menolak perubahan dan tidak agile, lama kelamaan ia akan tertinggal dan berujung pada kemunduran perusahaan. Dukungan yang suportif dari top management memang dibutuhkan untuk kondisi seperti ini. Senantiasa lah belajar dari pengalaman agar bisa terus berinovasi. Dan jangan lupa untuk mencari feedback demi perkembangan diri.


Selain itu, bisnis masa depan mengarah ke sisi agility dan IOT environment sehingga dibutuhkan kolaborasi dan servants (melayani) leadership. Agility mempunyai konsep di mana interaksi manusia sudah tiada batas sehingga dibutuhkan sarana dan prasarana bagi ekosistem yang ada. Hal ini tentunya membentuk keterbukaan informasi, menciptakan kompetisi yang luar biasa, sehingga ekspektasi dari customer yang berskala masif adalah bagaimana mereka dapat mendapat kualitas terbaik serta keuntungan lewat layanan yang memuaskan.


Jangan lupa, pemimpin juga harus banyak membuka wacana dan belajar teknologi masa depan untuk membuat bisnis yang sekarang telah berjalan menjadi tetap berkelanjutan sampai 40 - 60 tahun ke depan.

Untuk: Bpk. Swasono Satyo (CHRO Sinar Mas Mining)

Dari: Miftakhul Fikri

Q: Bagaimana cara pemimpin menghadapi sikap tidak setuju karyawan akan pemotongan gaji?

A: Kita bisa membicarakan persoalan yang terjadi secara baik-baik dan terus melakukan evaluasi. Selalu bersikap objektif dalam menghadapi masalah dan ambil tindakan nyata yang memberikan solusi terbaik untuk kedua belah pihak. Ciptakan juga sistem take and give, bisa saja pemotongan tersebut berupa benefit yang dikembalikan kepada karyawan, seperti program saham, tabungan hari tua, atau benefit lainnya.


Yang terpenting adalah bukan mengenai pemotongannya, tetapi menimbulkan perasaan tanggung jawab, empati kepada stakeholders, kepada rekan kerja sesama, kepada masyarakat, bangsa dan negara.

Untuk: Bpk. Swasono Satyo (CHRO Sinar Mas Mining)

Dari: Silvester Harijanto

Q: Perusahan kami perusahan RRC yng masih teguh menjujung nilai tradisional. Bagaimana cara merubah behavior perusahaan agar sesuai dengan perkembangan zaman?

A: Memang harus ada perubahan cara kerja secara revolusioner yang melibatkan kolaborasi lintas disiplin. Dan ini harus dilatih dari level jajaran top manajemen agar memahami pola digital disruption demi kemajuan, kemudahan dan kecepatan dari bisnis yang dijalankan. HR disarankan agar secara intensif bertanggung jawab dalam melakukan sosialisasi kepada stakeholders dan karyawan. Selain sosialisasi, HR dapat memberi wawasan mengenai program change culture; bahwa stakeholders juga harus mempunyai komitmen yang sama dalam menerapkan inisiatif di atas.

Untuk: Bpk. Swasono Satyo (CHRO Sinar Mas Mining)

Dari : Goldefridus Dongo

Q: Variabel apa saja yang memberi kontribusi kepada seorang pemimpin tidak bisa bertahan pada organisasinya ?

A: Keengganan untuk tidak berinovasi serta tidak mempunyai 4 kompetensi Leadership Agility seperti context-setting agility, stakeholder agility, creative agility dan self-leadership agility.

Untuk: Bpk. Swasono Satyo (CHRO Sinar Mas Mining)

From: Ari Karimma

Q: Bagaimana meningkatkan leadership agility bagi milenial yang bekerja di perusahaan yang kondisinya kurang bagus sedangkan ketika milenial ini ingin mengembangkan kreativitas terbentur dengan aturan dan biaya?

A: Konsepsi agility berbeda pada setiap generasi. HR wajib memberikan konsep agility yang berbeda kepada teman-teman milenial dan harusnya lebih gampang untuk mereka terima karena secara natural mereka sudah terbiasa dengan unsur-unsur agility tersebut.

Malah di banyak hal, HR lah yang harus belajar lagi mengenai agility dan kemampuan beradaptasi ke generasi milenial. Selanjutnya mengenai program-program HR, justru milenial mengharapkan lebih terhadap kita di HR perihal wawasan atau kontribusi nyata kepada bangsa dan tanah air.

Untuk: Bpk. Swasono Satyo (CHRO Sinar Mas Mining)

Dari : Sabam Roxy Simanullang

Q: Apakah perlu pemikiran strategis oleh seorang pimpinan dalam mengelola perusahaan di era global?

Jadi globalisasi itu ada IoT (Internet of Things), marketplace, kompetisi ketat, dan juga menawarkan kualitas bagus dengan harga murah, benefit serta bentuk pelayanan lebih tinggi. Otomatis pemikiran strategis seperti itu perlu dipikirkan dari sekarang guna berkompetisi di era globalisasi. Era globalisasi bukan hanya bicara tentang produk karena setiap orang juga bisa bikin produk melalui teknologi. Produk tersebut tidak ada gunanya kalau tidak bisa menawarkan kualitas bagus dengan harga murah, dan juga benefit serta pelayanan yang lebih menguntungkan.


Maka dari itu, era globalisasi tidak lagi membicarakan produk, melainkan cenderung ke arah apa yang diperlukan dan disenangi konsumen, atau istilahnya customer-centric. Usaha tersebut juga akan lebih baik jika didukung komitmen kolaborasi, baik dengan tingkat supplier maupun produk/merek lain. Sebagai contoh adalah autonomous car yang basis komponennya mesin dan robot, standar saja. Namun pelayanan yang berkualitas dari produk tersebut lah yang harus dikedepankan sehingga produk tetap terjual. Jual pelayanannya bukan produknya.

Untuk: Bpk. Swasono Satyo (CHRO Sinar Mas Mining)

Dari: Firman Hidayat

Q: Terkait dengan “People Reformation”, apakah artinya ada perlunya pengurangan pegawai untuk efektivitas dan efisiensi?

Bagaimana supaya leader tidak putus asa dan melihat masa depan adalah dengan mempersenjatai, atau mentransformasi ke dalam bentuk new people model, yang mana mempersiapkan karyawan menjadi multiskill/agile sehingga mereka bisa siap ditempatkan pada pos kerja apa saja di luar domain mereka.


“People Reformation” juga lebih daripada itu. Terminologi tersebut lebih kepada meberikan value added bagi karyawan. Perlu ditekankan juga agar dapat membuang pandangan tradisional bahwa efisiensi itu berkaitan dengan pengurangan. Efisiensi itu bisa berupa restrukturisasi, refinansial, akuisisi bisnis baru, kolaborasi, program pengembangan karyawan, memberi kesempatan untuk membuka proyek baru, jadi lebih kepada menambahkan nilai-nilai baru kepada karyawan. Kalau sudah tercipta value added, karyawannya tidak perlu dikurangi melainkan bisa saja pekerjaannya ditambah, jadi tidak perlu dieliminasi talenta tersebut.


Kemudian juga bisa dimanfaatkan untuk pengembangan bisnis. Bukan bisnis yang sedang berjalan saja, melainkan diakselerasikan untuk mengembangkan bisnis secara eksponensial. Dari sini diharapkan akan muncul bisnis-bisnis baru yang mana kita tidak perlu rekrut orang baru lagi karena talenta yang ada di dalam sudah siap tersedia.

Untuk: Bpk. Swasono Satyo (CHRO Sinar Mas Mining)

Dari: Ratih Mayasari

Q: Bagaimana peran HR untuk mengalihkan karyawan dari tipe spesialis menjadi generalis?

Tipe karyawan spesialis itu sudah lampau. Menjadi seorang generalis merupakan tipe berpikiran terbuka dan ingin terus belajar. Zaman sekarang, kalau kita tahu banyak akan tertinggal. Sebab itu, mindset harus berubah. Peran HR menjadi penting sebagai mesin pendorong atau penggerak agar mereka mau belajar hal lain di luar domain mereka, mereka mau ambil program sertifikasi lain, sehingga nantinya ditugaskan di mana dan di bidang apapun mereka bisa.

Untuk: Bpk. Swasono Satyo (CHRO Sinar Mas Mining)

Dari: Jose Da Costa

Q: Kondisi saat ini menuntut setiap orang berimprovisasi guna tetap sinkron dengan perubahan tatanan global. Dari aspek sumber daya manusia dengan skala Sinarmas, berapa lama waktu yg dibutuhkan Sinar Mas Mining agar dapat sinkron dan berjalan normal pada situasi yang kita sebut normal baru?

Tidak lama, karena perusahaan kami juga sudah berjalan dengan teknologi. Bahkan bagi yang bekerja di lokasi kantor, kita akan menerapkan WFH (working from home) sampai Desember, dan semua urusan pekerjaan sudah difasilitasi melalui berbagai platform maupun aplikasi berbagis digital.

Untuk: Bpk. Swasono Satyo (CHRO Sinar Mas Mining)

From Roni Kiat - Neo

Q: Tiga bulan awal PSBB merupakan masa transisi serius karena banyak perusahaan yang tidak bertahan dari sisi cash flow. Belajar dari situasi ini, berapa bulan idealnya perusahaan menyediakan likuiditas utk bisa bertahan?

A: Likuiditas sebenarnya terkait dengan BCP (Business Continuity Plan) dan agility plan. Kebanyakan, BCP hanya untuk mempertahankan current business atau bisnis yang sedang berjalan.

Tren kolaborasi juga harus dijalankan sekarang ini. Selain itu, intinya adalah bagaimana perusahaan mau mengambil resiko investasi lain saat bisnisnya masih bagus. Salah satu contohnya adalah diversifikasi bisnis dengan mengandalkan teknologi.

Jika ditanya berapa lama? Agak sulit dijawab. Yang terpenting adalah perusahaan harus selalu siap, kecepatan inovasi harus dioptimalkan, kecepatan eksekusi juga penting, bisa satu sampai dua bulan, tergantung kesepakatan stakeholders serta kondisi bisnis yang sedang dijalankan.

Untuk: Bpk. Swasono Satyo (CHRO Sinar Mas Mining)

Dari: Sofiyahna Kubro

Q: Bagaimana cara kita mengukur agility? Apa hanya dengan measurement ‘great output’ sehingga agility concept dianggap berhasil?

A: Cara mengukurnya bisa dibagi ke dalam beberapa kuadran seperti agile, traditional, bureaucratic control. Jadi bisa diukur dari situ apakah Anda atau perusahaan Anda agile.

Selain itu, mengukur agility juga bisa dari bagaimana individu atau perusahaan mampu berpikir secara berbeda. Hal ini beresonansi dengan apa yang didefinisikan Albert Einstein terhadap terminologi insanity, yakni melakukan hal-hal yang sama dengan cara yang sama tapi mengharapkan hasilnya yang berbeda-beda. Agility can do different things, dan ini memang konsep yang paradoks.

6,055 views0 comments
bottom of page